BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu dini ibu segera mendekap dan membiarkan bayi menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita.
Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita (Roesli, 2008).
Peran tenaga kesehatan, khususnya dokter dan bidan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih banyak tenaga kesehatan maupun pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008).
3,7% bayi di Indonesia disusui dalam 1 jam pertama setelah kelahiran, dan angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 35 per 100 kelahiran hidup yang diantaranya disebabkan oleh hipotermi, kurang gizi dan infeksi. Di Indonesia angka pemberian ASI Eksklusif masih rendah yaitu hanya 7,8%. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di negara berkembang (SDKI, 2007).
Angka kematian bayi baru lahir sebanyak 22% dalam satu bulan pertama dapat dicegah dengan bayi menyusu pada ibu satu jam pertama, sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008). Proses inisiasi menyusu dini bayi tidak mengalami hipotermi atau kedinginan karena dekapan ibu terhadap bayi dan suhu di dada ibu akan naik 2oC (Roesli, 2008).
Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (WHO, 2007)
Setiap jam sebelum mencapai usia 1 tahun di Indonesia diperkirakan 20 bayi meninggal pada setiap tahunnya. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, di mana bayi sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Roesli, 2008).
Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatriks menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. ASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia, rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli, 2008).
Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu (Depkes RI, 2003).
Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk IMD dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaan informasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yang menyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orang terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosi Insiasi Menyusui Dini. (http://www.fkm.undip.ac.ad)
Kabupaten terdapat 21 puskesmas, salah satunya adalah puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap selain fasilitas rawat jalan. Puskesmas mempunyai jumlah bidan yaitu 30 bidan dengan 22 bidan desa dan 8 bidan Puskesmas. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas pada tahun 2009 yaitu sejumlah 932 persalinan, dan dari jumlah tersebut hanya 10,6% (99 persalinan) yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sedangkan sisanya tidak dilakukan (DKK , 2009). Dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan apabila tidak dilakukan inisiasi menyusu dini maka kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas) bayi masih tinggi atau tidak mengalami perubahan yang bermakna.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas , kabupaten
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di wilayah kerja puskesmas , kabupaten ”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas kabupaten
b. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Inisiasi Menyusu Dini.
2) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini.
3) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini bertambah terutama diwilayah kerja puskesmas , kabupaten
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti.
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang inisiasi menyusu dini yang didapat selama di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.
b. Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dan dapat menerapkan praktik inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus.
c. Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
d. Bagi masyarakat.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya menerapkan inisiasi menyusu dini dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI