BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu sejak usia dini. “Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Sukmaningsih melaporkan, berdasarkan penelitian WHO 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena tidak diberi air susu ibu” UNICEF menyatakan, terdapat 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal Paediatrics ini, bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia maupun di dunia sebenarnya dapat diminimalisir dengan salah satunya melakukan Rawat Gabung.
Hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah enam bulan hanya diberi susu formula meningkat 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (Media Indonesia, 2008). Di Ruang Nifas IRD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan januari 2007 didapatkan data ibu nifas sebanyak 102 orang, yang melakukan rawat gabung sebanyak 52 orang dan yang memberikan ASI pada bayinya sebanyak 40 orang (77%), dan yang tidak memberikan ASI pada bayinya sebanyak 12 orang. Penyebab yang didapat dari hal ini adalah ASI yang belum keluar sebanyak 6 orang, kelelahan setelah melahirkan sebanyak 2 orang, tidak tahu tentang ASI pertama (kolostrum) sebanyak 3 orang dan kengganan ibu memberikan ASI karena lebih mengandalkan susu botol demi kecukupan nutrisi pada bayinya sebanyak 1 orang, sedangkan yang tidak melakukan rawat gabung sebanyak 50 orang yang disebabkan oleh faktor ibu dan bayi, misalnya ibu dengan PEB, bayi prematur, dan bayi meninggal dalam kandungan. Di RSCM angka morbiditas ibu sebelum rawat gabung 17,45% setelah rawat gabung menurun menjadi 2,1%. Pentinnya rawat gabung untuk memudahkan pemberian ASI, karena pemberian ASI eksklusif memberi dampak positif, hal ini dapat dilihat dai hasil penelitian di RSCM yaitu “angka mortalitas bayi pada rawat pisah 0,4%, sedangkan pada rawat gabung 0,05%. Angka morbiditas bayi pada rawat pisah 17,9% sedangkan pada rawat gabung 2,13%. Dan lama perawatan pada rawat pisah 4,7 + 2,6 hari sedangkan pada rawat gabung 2,5 + 1,5 hari” (FKUI, 1992: 8)
Masalah yang ada ialah masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI pada bayinya meskipun telah dilakukan rawat gabung. Masalah ASI memiliki dimensi luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga meliputi perubahan sosial budaya, psikologis ibu, kesehatan ibu, pelayanan kesehatan dan petugas yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI, pengetahuan ibu, dan lingkungan keluarga (Hapsari susu (Meutia, 2009). Walaupun menyusui merupakan suatu proses yang alamiah, namun sering kali ibu-ibu yang memberikan ASI dalam rawat gabung tidak berhasil menyusui bayinya dan menghentikan menyusui lebih dini.
Solusi dari maslah-masalah diatas ialah setiap ibu harus percaya dapat melakukan dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktik menyusi yang benar dan tepat, serta memberikan konseling jika ada masalah dan dukungan yang terus menerus dari suami, keluarga petugas kesehatan dan masyarakat untuk terus menyusui bayinya (Hubertin, 2004 (Media Indonesia, 2008). Dari rawat gabung bayi mendapatkan ASI dan ibu dapat belajar cara merawat bayinya sebagai kesiapan ibu dalam merawat bayinya dirumah secara mandiri. Rawat gabung merupakan metode perawatan yang merawat bayi baru lahir disamping ibunya, hingga ibu dan bayinya dirawat dalam satu kesatuan. Menurut ISA (dalam FKUI, 1992: 28) “Dengan adanya rawat gabung diharapkan hubungan batin ibu dan bayi yang ditimbulkan oleh kontak paling sensitif 12 jam pertama terjalin, makin dini dan makin lama kontak bayi dan ibu, makin bayaklah produksi air susu ibu” (FKUI, 1992:1). Keberhasilan rawat abung sangat mendukung keberhasilan dalam pemberian ASI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan pemberian ASI dalam rawat gabung di RB
1.3 Tujuan Penelitian :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran Pelaksanaan pemberian ASI dalam rawat gabung di RB
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya Gambaran Pelaksanaan Pemberian ASI dalam Rawat Gabung Rawat Gabung di RB
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukan penelitian tentang gambaran pelaksanaan pemberian ASI dalam rawat gabung.
1.4.2 Bagi IPTEK
Menambah kajian baru ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan khususnya dan bisa dijadikan penelitian lanjutan.
1.4.3 Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai tambahan pengetahuan dan merupakan teori-teori tentang pemberian ASI dan rawat gabung
1.4.4 Bagi Program KIA
Dapat dijadikan informasi tentang pemberian ASI pada rawat gabung di suatu tempat pelayanan kesehatan
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.250
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI