BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional, diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan hidup sehat bagi dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Dalam visi pembangunan Indonesia sehat adalah agar masyarakat hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya sehingga dirumuskan dalam Visi Indonesia Sehat (Prawiroharjo, 2006).
Dalam bidang kesehatan masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagai inti sentral pembangunan peranan bidan dalam proses pembangunan khususnya menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi sangat penting dipedesaan (Astina, 2001).
AKI di Indonesia masih cukup tinggi dan penurunannya masih sangat lambat, yaitu pada tahun 1992, AKI adalah 425 per 100.000 kelahiran hidup, menurun menjadi 384 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Masih sangat jauh dari Angka Kematian Ibu di negara Singapura dan Malaysia, yang tingkat kematiannya 5 dan 70 orang per seratus ribu kelahiran (Gloriant.org, 2000).
Di Sulawesi Selatan AKI pada tahun 1996 sebesar 170 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 1997 sebesar 160 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 1998 sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 1999 sebesar 176 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2000).
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pun Masih sangat tinggi bahkan di seluruh dunia, pada tahun 2008 Indonesia menduduki rangking ke enam dengan angka sekitar 6 juta bayi yang mati. Akhir Oktober 2000 diperoleh data bahwa angka kematian bayi sampai umur 1 tahun berkisar 40/1000 kelahiran hidup atau sekitar 186.500 bayi tiap 2-3 menit sampai umur 1 tahun mengalami kematian. Penyebab langsung kematian bayi tersebut 30,3% diantaranya akibat gangguan pada masa baru lahir/perinatal (Widyakusuma, 2005).
Penelitian kematian perinatal dibeberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi kematian perinatal yaitu faktor ibu yang memperbesar risiko kematian perinatal (high risk mother). faktor ibu yang memperbesar risiko kematian perinatal adalah umur ibu yang melebihi 35 tahun atau kurang dari 20 tahun; paritas pertama atau lebih dari tiga kali; status gizi ibu pada saat hamil; status ekonomi dan pendidikan yang rendah; tinggi badan ibu; berat badan ibu; jarak kehamilan kurang dari 2 tahun; gangguan gizi; ibu dengan problema social misalnya perceraian, perkawinan lebih dari satu isteri atau perkawinan tidak sah (Alisyahbana, 2001).
Di negara-negara berkembang kematian ibu disebabkan oleh kehamilan dan persalinan yang terlantar dan kehamilan yang tidak diinginkan, dan terbanyak disebabkan oleh eklampsia, pendarahan, infeksi, keguguran kandungan oleh sikap percobaan abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak profesional, tetapi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih termasuk di bidang kedokteran, persalinan ibu yang mengalami komplikasi dapat di bantu dengan operasi caesar dalam pelayanan obsestri selain angka kematian bayi terdapat juga angka kematian perinatal yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan tinggi rendahnya angka kematian perinatal dan angka kematian ibu dalam 100.000 persalinan hidup, sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima masyarakat (Widyakusuma, 2005).
Penyebab utama kematian maternal antara lain pendarahan postpartum eklampsia, dan penyakit infeksi dan plasenta previa yang kesemuanya bersumber pada anemia defisiensi. Selain itu, hal yang memicu tingginya angka kematian bayi akibat adalah perilaku ibu hamil itu sendiri yang masih sangat kurang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini bisa dipicu oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, keadaan ekonomi bahkan sosial budaya yang ada masing-masing daerah dimana ibu hamil itu tinggal (Damayanti, dkk, 2007).
Selain itu, faktor bayi yang mempertinggi angka kematian perrinaral adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk; berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram; bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 42 minggu.
Angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan disuatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh kehamilan ibu sendiri. Penyakit itu antara lain adalah anemia dan sebagainya.
Dinegara berkembang seperti Indonesia kemungkinan terjadinya infeksi pasca salin yang tinggi adalah pada kasus persalinan, karena pada umumnya di lakukan pada ibu dan anak dalam keadaan gawat darurat, seperti pada penelitian yang di lakukan oleh Linus tahun 1998, bahwa Rumah Bersalin Mariem, dari 39 persalinan caesar terdapat 30 (76,9 %) dengan komplikasi antenatal, sehingga angka kesakitan ibu setelah persalinan caesar lebih sering dan lebih berat di banding paska persalinan pervagina (Prawirohardjo, 2006).
Angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008 sebesar 273/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian tersebut antara lain karena asfiksia neonatorum dan infeksi (Profil kesehatan Sulawesi Utara, ).
Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan, maka menghindari persalinan adalah penting, untuk itu perlu diperhatikan secara saksama faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kematian bayi tersebut, sehingga dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut diharapkan ibu yang sedang hamil dan terutama yang memiliki risiko untuk persalinan dapat lebih menjaga dan memelihara kesehatan dirinya dan kandungannya melalui pelayanan kesehatan yang optimal.
Derajat kesehatan masyarakat ditunjang keberhasilannya oleh karena pengaruh adanya kematian dan kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu merupakan indikator keberhasilan AKI dan AKB dalam suatu wilayah tertentu.
Indonesia, masih tinggi angka kematian bayi yakni berkisar sebanyak 67 % dari beberapa daerah yang menunjang menurunnya angka kelahiran pada daerah tersebut yakni contohnya di daerah Jogja, Aceh dan Semarang yakni berkisar sebanyak 65 % daerah yang angka kematian bayinya meningkat.
Merupakan hal yang sangat penting adalah menurunkan prevalensi kematian bayi pada saat sekarang ini karena angka ini menjamin keberhasilan program suatu daerah tersebut dikatakan tercapai.
Jika dilihat berdasarkan profil puskesmas itu bahwa pada tahun – didapatkan jumlah kasus kematiaan perinatal pada tahun berjumlah 45 kasus dan pada tahun berjumlah 62 kasus atau bisa diperkirakan kira – kira sekitar 50 kasus pertahun (rekam medik, ).
Tingginya angka kematian perinatal mempunyai dampak yang besar dalam suatu negara mengingat angka kematian bayi merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat, maka penelitian ini akan membahas tentang beberapa faktor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten tahun .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah umur ibu merupakan factor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten Tahun ?
2. Apakah paritas merupakan factor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten Tahun ?
3. Apakah berat badan lahir merupakan factor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten Tahun ?
4. Apakah status gizi ibu berdasarkan LILA merupakan factor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten Tahun ?
5. Apakah antenatal care merupakan factor risiko kematian perinatal di Puskesmas Kabupaten Tahun ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor risiko kejadian kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten tahun .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui besar risiko umur ibu terhadap kejadian kematian bayi di Puskesmas Kabupaten Tahun
b. Untuk mengetahui besar risiko paritas terhadap kejadian kematian bayi di Puskesmas Kabupaten Tahun
c. Untuk mengetahui besar risiko berat badan bayi terhadap kejadian kematian bayi di Puskesmas Kabupaten Tahun
d. Untuk mengetahui besar risiko status gizi ibu berdasarkan LILA terhadap kejadian kematian bayi di Puskesmas Kabupaten Tahun
e. Untuk mengetahui besar risiko Antenatal Care (ANC) terhadap kejadian kematian bayi di Puskesmas Kabupaten Tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka penentuan arah kebijakan dan pengembangan program penyuluhan/promosi kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada masa mendatang dan bagi Puskesmas Kabupaten merupakan informasi yang berharga dalam perbaikan pelayanan.
2. Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.
3. Manfaat bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kematian Maternal melalui penelitian lapangan.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.233
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI