BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.29, 2004 bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam upaya mencapai visi dan misi pemerintah daerah Kabupaten dengan melihat permasalahan dan pencapaian IPM khususnya sektor kesehatan, maka dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), melalui pembangunan kesehatan Kabupaten diformulasikan dalam Visi Dinas Kesehatan Kabupaten yaitu “ SEHAT 2OO8 ” (Dinas Kesehatan Kabupaten , 2006 : 4).
Dengan visi Sehat tidak berarti bahwa pada tahun tidak ada lagi penduduk yang sakit, namun diartikan pada tahun diharapkan setiap penduduk/orang di Kabupaten sudah memiliki keterjangkauan/aksebilitas terhadap pelayanan kesehatan serta keterjangkauan terhadap berbagai peluang untuk mengembangkan kemampuan hidup sehat melalui kesadaran berperilaku hidup sehat (Dinas Kesehatan Kabupaten Tahun 2006 : 5).
Di Indonesia Angka Kematian Baru Lahir (AKBBL) saat ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millennium. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003, jadi Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) di Indonesia mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup atau dua kali lebih besar dari target WHO sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut Menteri Kesehatan 2007, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya asfiksia 27%, BBLR 29%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional yaitu 321,15 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Penyebab langsung kematian bayi adalah asfiksia, komplikasi pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi. Penyebab tidak langsung AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan sendiri (Retnasih, 2005).
Di Kabupaten Angka Kematian Bayi (AKB) tahun adalah 41,25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih diatas target dalam indikator Sehat Tahun , yakni < 35 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten , ). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten pada tahun jumlah kematian bayi di Kabupaten sebanyak 346 kasus. Penyebabnya adalah BBLR, Asfiksia neonatorum, infeksi, tetanus neonatorum dan lain-lain. Dari data Dinas Kesehatan tahun bahwa penyebab kematian bayi terbesar kedua adalah asfiksia yaitu 69 kasus (19,94%) dari 346 bayi meninggal. Menurut data medis RSUD tahun jumlah seluruh bayi tahun yang dirawat di ruang Perinatologi yaitu 1.073 bayi, bahwa kejadian asfiksia di RSUD yaitu 215 bayi, angka BBLR tahun adalah 279 bayi. Jumlah BBLR dengan Asfiksia adalah 107 bayi. Sedangkan jumlah seluruh angka kematian bayi pada tahun yaitu 102 bayi. Penyebab utamanya ialah BBLR dengan asfiksia 23 kasus (22,55%), pneumonia 6 kasus (5,9%) dan lain-lain 73 kasus (71,6%). Dari data Rekam Medik RSUD tahun kejadian BBLR dan asfiksia masih tinggi, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara BBLR Dengan Terjadinya Asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah Tahun ”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah pokok yang diuraikan dalam latar belakang di atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut : Belum diketahuinya hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah Tahun . Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di SUD pada tahun ?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di Rumah Sakit Umum Daerah tahun . 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui distribusi frekwensi kasus BBLR di RSUD tahun . 1.3.2.2 Untuk mengetahui distribusi frekwensi kasus asfiksia di RSUD tahun . 1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia di RSUD tahun . 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah secara khusus akan meneliti tentang BBLR sebagai variabel bebas dan Asfiksia sebagai variabel terikat di Rumah Sakit Umum Daerah tahun . 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Rumah Sakit Dapat mengetahui hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia sehingga dapat mengantisipasi kejadian asfiksia akibat BBLR. 1.5.3 Manfaat Bagi Penulis Sebagai aplikasi antara ilmu yang didapat di pendidikan dengan kondisi nyata di lapangan. Untuk menambah wawasan, pola pikir, pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara BBLR dengan terjadinya asfiksia.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.221
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI