BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan jiwa di masyarakat semakin luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan ilmu kedokteran jiwa yang berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi: masalah kualitas hidup, masalah gangguan jiwa, serta masalah psikososial (Kuntjoro, 2002).
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai sumber daya pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat disediakan pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu, dan terjangkau. Hal ini perlu dukungan dnegan komitmen yang tinggi terhadap kemauan, etika, dan dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan yang tinggi, dengan prioritas kepada upaya kesehatan dan pengendalian penyakit di samping penyembuhan dan pemulihan (Febri, 2006).
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data biro pusat statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980: 55,30 tahun, pada tahun 1985: 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 16,12 tahun, dan tahun 1995: 60,05 tahun serta tahun 2000: 64,05 tahu (Biro Pusat Statistik, 2000).
Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Propinsi besar dengan jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2000 mencapai 9,6 persen. Angka tersebut jauh di atas jumlah lansia Nasional yang hanya 7,6 persen pada tahun 2000. Usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun, dimana penduduk lansia wanita rata-rata 67,2 tahun dan pria 63,8 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut berdampak pada berbagai persoalan yang akan dihadapi seperti masalah sandang, pangan, papan, kesehatan, ekonomi dan lainnya (Depkes, 2002).
Meningkatnya jumlah lanjut usia maka membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial, dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2004).
Kelompok rentan yang mempunyai kemungkinan terbesar untuk menjadi korban peruabahan sosial adalah kelompok usia lanjut. Mereka yang memiliki konsep hidup tradisional, seperti harapan akan dihormati dan dirawat di masa tua, atau hubungan erat dengan anak yang telah dewasa. Pada kenyataannya harus hidup dalam sistem nilai yang berbeda dengan yang dianut misalnya kurang perasaan dihormati, karena anak tidak lagi tergantung secara ekonomi pada orang tua, serata kurangnya waktu bagi menantu perempuan untuk menjaga orang tua, karena bekerja. Keadaan ini dapat mempengaruhi psikologis dan kesejahteraan lanjut usia (Isfandari, 1999).
Pada umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara lain (1) Longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit (2) Berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktivitas sehingga waktu yang bertambah banyak (3) Meninggalnya pasangan hidup (4) Anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempu pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak yang meninggalkan rumah untuk bekerja, (5) Anak-anak telah dewasa dan membentuk rumah tangga sendiri. Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri (Suhartini, 2004).
Pada orang lanjut usia sering mengalami depresi pada orang berumur 60-an, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian, kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, pekerjaan, uang, atau mungkin rumah tinggi, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Bagi kebanyakan orang lanjut usia, kehilangan sumber daya ditambahkan pada sumber daya yang memang sudah terbatas. Yang menarik perhatian ialah kekurangan kemampuan adaptasi berdasarkan hambatan psikologik, yaitu rasa khawatir dan takut yang diperoleh dari rasa lebih muda dan yang dimodifikasi, diperkuat dan diuraikan sepanjang masa hidup individu (Maramis, 2004).
Panti Wredha merupakan salah satua tempat untuk merawat lansia di Karisidenan , dengan jumlah tempat hunian 85 tempat tidur. Rata-rata Panti Wredha merawat dan menampung sekitar 89 lansia. Kegiatan-kegiatan setiap harinya untuk lansia diatur sesuai jadwal kegiatan dan dilakukan secara rutinitas setiap harinya.
Hasil survey pendahuluan yang peneliti laksanakan di panti Sosial Wredha Kota , kepala panti menjelaskan jumlah lansia terdiri dari laki-laki 33 orang dan perempuan 56 orang yang tinggal di panti tersebut, beberapa disebabkan karena tidak mempunyai keluarga atau sengaja dititipkan oleh anggota keluarganya, namun demikian perhatian keluarga dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat diketahui bahwa minimal setiap minggu sekali keluarganya mengunjungi mereka, namun ada beberapa minggu baru dikunjungi oleh keluarga mereka.
Hasil wawancara dengan beberapa lansia mengatakan bahwa mereka sebenarnya lebih senang bersama-sama dengan anggota keluarga, tapi kaerna tidak ingin membebani anggota keluarganya mereka akhirnya bersedia tinggal di panti tersebut. Walaupun setiap harinya mereka berada di panti dan dapat mengikuti setiap kegiatan yang dijadwalkan tapi mereka masih selalu memikirkan anak cucu mereka yang berada di rumah. Sehingga membuat mereka merasa cemas, kurang tidur, dan kadang bermimpi buruk tentang keadaan keluarga yang dirumah. Hal-hal tersebut merupakan beberapa gejala awal kecemasan lansia.
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain frustasi, konflik, ancaman, harga diri, lingkungan yang berupa dukungan sosial, lingkungan, pendidikan, usia dan jenis kelamin. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiatmoko (2001), tentang dukungan sosial dengan derajat depresi pada lansia di poliklinik Geriatri RSUD Dr. Sarjito Yogyakarta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan termasuk cukup baik (51,5%), dukungan sosial berupa dukungan emosional (64,10%) dan dukungan keluarga sangat baik (68,50%), dan ternyata dengan dukungan sosial merupakan derajat depresi pada pasien lansia.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan suatu masalah sebagai berikut:
”Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lanjut usia di Panti Wredha Kota ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada usia lanjut (lansia) di Panti Wredha Kota .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan motivasi dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha .
b. Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha .
c. Mengetahui hubungan umur dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha .
d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan terjadinya kecemasan pada lansia di Panti Wredha .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut:
1. Manfaat Istalasi Panti Wredha
Untuk sebagai bahan masukan bagi Panti Wredha untuk dapat memberikan pelayanan yang tepat pada lanjut usia.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Untuk penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam penatalaksanaan lanjut usia. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lansia, sehingga membantu dalam pembelajaran terhadap kecemasan lansia.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah pemahaman dan pendalaman peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lanjut usia di Panti Wredha .
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.243
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI