BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15tahun.Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes.Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease (Djunaedi, 2006).
Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus DBD menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan kasus DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 53 orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal 24 orang (42,8%). Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus sebanyak 47.573 orang (IR 27,09/100.000 penduduk) dengan kematian 1.527 orang (3,2%) (Hadinegoro dan Satari, 2006).
Jumlah kasus DBD cenderung menunjukkan peningkatan baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000 penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999 IR menurun sebesar 10,17/100.000 penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000 penduduk (tahun 2003) (Kusriastusi, 2005).
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun kematiannya. Seperti KLB, DBD secara nasional juga menyebar di Kota .Penyebaran kasus DBD di terdapat di 6 kabupaten/kota (semua kabupaten/kota) dan juga di kecamatan atau desa yang ada di wilayah perkotaan maupun di pedesaan.Jumlah kasus dan kematian akibat penyakit DBD di selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan (Profil Dikes Provinsi ,2008).
Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, yaitu tahun 2008 sebanyak 93 kasus, dan tahun 2009 sebanyak 172 kasus.. Berdasarkan penyebaran kasus DBD di Propvinsi , Kota termasuk salah satu daerah penyebaran kasus (Profil Dikes Kota ,2008).
Berdasarkan profil Kesehatan Kota tahun 2007 kasus DBD di daerah tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua Kecamatan yang ada di wilayah Kota , dan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan kota Tengah kota pada wilayah kerja Puskesmas (Profil Dikes Kota ,2008).
Dalam profil dinas kesehatan disebutkan jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 ditemukan 93 kasus, tahun 2009 ditemukan 172 kasus, Pada tahun 2007 jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan sebanyak 2 orang, attack rate 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah kematian ditemukan sebanyak 4 orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%.Dari standar WHO, sebuah daerah dapat dikatakan baik penanganan kasus DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%. Jadi penanganan kasus DBD di Kota dapat dikatakan baik. (Profil Dinkes Kota , 2008).
Sesuai dengan indikator keberhasilan propinsi untuk angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk adalah 5 (Dinkes Provinsi , 2008). Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas Kesehatan Kota selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD di Puskesmas terus mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2007 ditemukan sebanyak 19 kasus, tahun 2008 sebanyak 25 kasus dan tahun 2009 ditemukan kasus DBD sebanyak 28 kasus. (Profil Puskesmas ) Wilayah kerja Puskesmas yang melayani 6 kelurahan merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak tiap tahunnya. Dari 6 kelurahan terdapat 3 kelurahan yang selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah kasus DBD nya yaitu Kelurahan Pulubala pada tahun 2006 ditemukan 1 kasus, tahun 2007 ditemukan 25 kasus, tahun 2008 ditemukan 22 kasus dan tahun 2009 ditemukan 14 kasus, kelurahan liluwo pada tahun 2006 ditemukan 1 kasus, tahun 2007 ditemukan 5 kasus, tahun 2008 ditemukan 19 kasus dan tahun 2009 ditemukan 45 kasus dan Kelurahan Wumialo tahun 2006 tidak ada kasus, tahun 2007 ditemukan 10 kasus, tahun 2008 ditemukan 32 kasus dan tahun 2009 ditemukan 37 kasus. (Profil Dinkes Kota , 2008).
Melihat jumlah kasus DBD 3 tahun terakhir di Puskesmas yang selalu meningkat, hal ini disebabkan karena lokasi rumah berdekatan dengan aliran limbah dan juga lokasi rumah yang terlalu berdekatan , lingkungan sekitar rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih terlihat membuang sampah sembarangan, peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN kurang, kurangnya penyuluhan tentang DBD.Sehingga dapat digambarkan bahwa perilaku masyarakat di wilayah kerja Puskesmas kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan belum melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk (PSNDBD) dengan mengendalikan nyamuk vektor Aedes aegypti.((Profil Puskesmas , 2008)
Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di wilayah kerja Puskesmas peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas yang meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD, sehingga dapat membantu dalam menurunkan jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bias menjadi penyebab penularan penyakit DBD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota ?
2. Apakah ada hubungan kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota ?
3. Apakah ada hubungan ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota
4. Apakah ada hubungan pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota
2. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota
3. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota
4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Puskesmas Kecamatan Kota Tengah Kota .
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (P2M).
2. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
3. Bagi Peneliti lain
Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.229
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI