BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Amerika Serikat, negara yang sudah sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit kronik ginjal dan setiap tahunnya sekitar 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap. Di Indonesia penyakit gagal ginjal prosentasinya sudah mencapai sekitar 20 persen dari total jumlah penduduk.
Di Indonesia, terdapat sekitar 50.000 pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah. Hanya sekitar 4000 orang yang bisa menikmati layanan tersebut. Itupun, 3000 pasien diantaranya merupakan peserta asuransi kesehatan. Sisanya terpaksa meninggal karena tidak mampu mambayar biaya cuci darah. Hal ini terjadi karena tingginya biaya setiap kali cuci darah yang mencapai Rp. 500.000,- sampai Rp.1000.000,-. Bila cuci darah harus rutin minimal 8 – 10 kali perbulan, maka harus disediakan dana sebesar Rp.4000.000 sampai Rp.5000.000,- setiap bulannya. Disamping masalah tingginya biaya perawatan dan pengobatan pasien gagal ginjal, hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu pengatahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan kepatuhan terhadap diet gagal ginjal yang masih sangat kurang sehingga menyebabkan penyakit yang diderita tidak terdeteksi secara dini, dan ditambah tidak ada diet yang sesuai sehingga dapat memperparah keadaan klinis dari gagal ginjal akut menjadi gagal ginjal kronis yang apabila tidak tertolong juga dengan prosedur hemodialisa, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Gagal ginjal bisa menyerang setiap orang, baik pria maupun wanita, tanpa memandang status sosial ekonomi. Bila gejala diketahui sedini mungkin, penderita bisa mendapat bantuan untuk mengubah atau menyesuaikan gaya hidup. Penderita baru dapat merasakan kelainan pada dirinya jika fungsi ginjal menurun sekitar 25 persen. Bahkan, untuk penderita yang masih muda bisa di bawah 10 persen. Tidak heran bila umumnya pasien baru ke rumah sakit atau ke dokter bila sudah berada dalam tahap terminal.
Perawat berperan penting dalam penatalaksanan pasien ginjal. Intervensi diet juga sangat perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk mengganti natrium yang hilang, dan pembatasan kalium. Pada saat yang sama, masukan kalori yang adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan.
Dengan mengikuti perawatan diet ketat rendah protein dengan kalori cukup dengan benar maka diharapkan pasien gagal ginjal mampu hidup secara normal, tapi bila pasien gagal ginjal tidak memperhatikan pelaksanaan diet tersebut maka akan mengakibatkan gagal ginjal kronis sampai dengan meninggal dunia.
Dengan melihat data tersebut diatas, maka dapat diketahui betapa pentingnya kepatuhan pasien menjalankan diet sehingga penulis tertarik untuk meneliti kasus tentang “Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal yang berobat di RSUP ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melihat hubungan pengetahuan dan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”..
b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
D. Manfaat Penelitian
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit utamanya bagi tenaga keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan pada pasien yang mendapat terapi diet akibat penyakit yang dialami.
b. Institusi
Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan agar senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan khususnya dalam menghadapi pasien yang mendapatkan diet Gagal Ginjal.
c. sebagai bahan acuan untuk penelitian dasar yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Di Amerika Serikat, negara yang sudah sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit kronik ginjal dan setiap tahunnya sekitar 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap. Di Indonesia penyakit gagal ginjal prosentasinya sudah mencapai sekitar 20 persen dari total jumlah penduduk.
Di Indonesia, terdapat sekitar 50.000 pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah. Hanya sekitar 4000 orang yang bisa menikmati layanan tersebut. Itupun, 3000 pasien diantaranya merupakan peserta asuransi kesehatan. Sisanya terpaksa meninggal karena tidak mampu mambayar biaya cuci darah. Hal ini terjadi karena tingginya biaya setiap kali cuci darah yang mencapai Rp. 500.000,- sampai Rp.1000.000,-. Bila cuci darah harus rutin minimal 8 – 10 kali perbulan, maka harus disediakan dana sebesar Rp.4000.000 sampai Rp.5000.000,- setiap bulannya. Disamping masalah tingginya biaya perawatan dan pengobatan pasien gagal ginjal, hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu pengatahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan kepatuhan terhadap diet gagal ginjal yang masih sangat kurang sehingga menyebabkan penyakit yang diderita tidak terdeteksi secara dini, dan ditambah tidak ada diet yang sesuai sehingga dapat memperparah keadaan klinis dari gagal ginjal akut menjadi gagal ginjal kronis yang apabila tidak tertolong juga dengan prosedur hemodialisa, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Gagal ginjal bisa menyerang setiap orang, baik pria maupun wanita, tanpa memandang status sosial ekonomi. Bila gejala diketahui sedini mungkin, penderita bisa mendapat bantuan untuk mengubah atau menyesuaikan gaya hidup. Penderita baru dapat merasakan kelainan pada dirinya jika fungsi ginjal menurun sekitar 25 persen. Bahkan, untuk penderita yang masih muda bisa di bawah 10 persen. Tidak heran bila umumnya pasien baru ke rumah sakit atau ke dokter bila sudah berada dalam tahap terminal.
Perawat berperan penting dalam penatalaksanan pasien ginjal. Intervensi diet juga sangat perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk mengganti natrium yang hilang, dan pembatasan kalium. Pada saat yang sama, masukan kalori yang adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan.
Dengan mengikuti perawatan diet ketat rendah protein dengan kalori cukup dengan benar maka diharapkan pasien gagal ginjal mampu hidup secara normal, tapi bila pasien gagal ginjal tidak memperhatikan pelaksanaan diet tersebut maka akan mengakibatkan gagal ginjal kronis sampai dengan meninggal dunia.
Dengan melihat data tersebut diatas, maka dapat diketahui betapa pentingnya kepatuhan pasien menjalankan diet sehingga penulis tertarik untuk meneliti kasus tentang “Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal yang berobat di RSUP ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melihat hubungan pengetahuan dan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal yang berobat di RSUP ”..
b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal yang berobat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
D. Manfaat Penelitian
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit utamanya bagi tenaga keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan pada pasien yang mendapat terapi diet akibat penyakit yang dialami.
b. Institusi
Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan agar senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan khususnya dalam menghadapi pasien yang mendapatkan diet Gagal Ginjal.
c. sebagai bahan acuan untuk penelitian dasar yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI