BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Prawirohardjo, 2002: 89). Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa (Mansjor, dkk, 2001: 252).
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 1998). Menurut Rustam (1998) kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35/1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi baru lahir (Neonatal) sekitar 20/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI 2004).
Pada laporan tahunan mencakup data Puskesmas, Puskesmas pembantu, BPS tahun 2010 untuk wilayah Kecamatan jumlah hamil dengan risiko tinggi baru 58 orang. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2011 di puskesmas desa kecamatan , didapatkan 2 ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi yang berkelainan yaitu di desa semambung ibu melahirkan bayi dengan Hidrocepalus pada umur 40 hari meninggal dan di desa kedung pandan ibu melahirkan bayi dengan tanpa anus pada umur 6 hari meninggal yang di karenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi. Jumlah ibu hamil di Puskesmas tahun 2010 sebanyak 933 orang, yang tergolong risiko tinggi sebanyak 58 orang. Sedangkan yang tidak tergolong risiko tinggi sebanyak 875 orang.
Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50 %. Kematian wanita subur usia disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin sebenarnya lebih dari 50% kematian di negara berkembang (Prawirohardjo, 2002: 3).
Ibu hamil di negara-negara Afrika dan Asia selatan menghadapi risiko untuk mengalami kematian saat hamil dan melahirkan sekitar 200 kali lebih besar dibandingkan risiko yang dihadapi ibu di negara maju. Karena angka fertilitas di negara berkembang lebih tinggi maka rentang risiko di Afrika I diantara 6000. tiap tahun terdapat dari 150 juta ibu hamil di negara berkembang. Sekitar 500.000 diantaranya akan meninggal akibat penyebab kehamilan, dan 50 juta lainnya menderita karena kehamilannya mengalami komplikasi (Widyastuti, 2003: 1).
Menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia ke dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 50% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya, penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah amenia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu “ muda / tua, sering dan banyak (Prawirohardjo, 2003: 6).
Demikian tingginya resiko kehamilan pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi, maka perlu dilakukan upaya optimal guna mencegah atau menurunkan frekuensi ibu hamil yang beresiko tinggi serta penanganannya perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dengan demikian pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda resiko tinggi menjadi sangat penting dalam usaha mewujudkan kehamilan dengan ibu dan bayi yang sehat (PPIBU-UNFPA, 1998). Berdasarkan karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia < 20 tahun dan usia >35 tahun (PPIBI-UNFPA, 1998).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang
resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk
menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi
masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk
melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga
apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara
dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia
dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Untuk mengatasi masalah di atas perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi.Peran serta UNICEF dan pemerintah Indonesia dalam pencegahan kehamilan resiko tinggi harus disosialisasi secara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat
Dari hasil survey di atas peneliti ingin mengetahui seberapa pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi, untuk itu peneliti melakukan penelitian ini
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumusakan permasalahan penelitian yaitu “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Di Puskesmas Desa Kecamatan Kabupaten ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Di Puskesmas Desa Kecamatan Kabupaten .
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian kehamilan risiko tinggi.
b) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang faktor kehamilan risiko tinggi.
c) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang cara menentukan kehamilan risiko tinggi.
d) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang penatalaksanaan kehamilan risiko tinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan baru tentang perawatan antenatal, khususnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sebagai acuan dalam pembuatan penelitian adik kelas selanjutnya.
3. Bagi Profesi
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil khususnya konseling tentang pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi.
4. Bagi Ibu Dan Masyarakat
Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan masyarakat terhadap pentingnya pencegahan kehamilan resiko tinggi, sehingga derajat kematian ibu dan bayi bias teratasi
.Kehamilan adalah sejak dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Prawirohardjo, 2002: 89). Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi adalah edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan fisiologis. Namun bila disertai edema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah dicurigai adanya pre eklamsi. Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan fisiologis yaitu tanda Hartman yaitu akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang menyebabkan permukaan perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan tapi dapat merupakan hal patologis yaitu abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa (Mansjor, dkk, 2001: 252).
Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 1998). Menurut Rustam (1998) kehamilan risiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang selama masa kehamilan, persalinan, nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35/1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi baru lahir (Neonatal) sekitar 20/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI 2004).
Pada laporan tahunan mencakup data Puskesmas, Puskesmas pembantu, BPS tahun 2010 untuk wilayah Kecamatan jumlah hamil dengan risiko tinggi baru 58 orang. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2011 di puskesmas desa kecamatan , didapatkan 2 ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi yang berkelainan yaitu di desa semambung ibu melahirkan bayi dengan Hidrocepalus pada umur 40 hari meninggal dan di desa kedung pandan ibu melahirkan bayi dengan tanpa anus pada umur 6 hari meninggal yang di karenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi. Jumlah ibu hamil di Puskesmas tahun 2010 sebanyak 933 orang, yang tergolong risiko tinggi sebanyak 58 orang. Sedangkan yang tidak tergolong risiko tinggi sebanyak 875 orang.
Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50 %. Kematian wanita subur usia disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin sebenarnya lebih dari 50% kematian di negara berkembang (Prawirohardjo, 2002: 3).
Ibu hamil di negara-negara Afrika dan Asia selatan menghadapi risiko untuk mengalami kematian saat hamil dan melahirkan sekitar 200 kali lebih besar dibandingkan risiko yang dihadapi ibu di negara maju. Karena angka fertilitas di negara berkembang lebih tinggi maka rentang risiko di Afrika I diantara 6000. tiap tahun terdapat dari 150 juta ibu hamil di negara berkembang. Sekitar 500.000 diantaranya akan meninggal akibat penyebab kehamilan, dan 50 juta lainnya menderita karena kehamilannya mengalami komplikasi (Widyastuti, 2003: 1).
Menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia ke dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 50% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya, penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah amenia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu “ muda / tua, sering dan banyak (Prawirohardjo, 2003: 6).
Demikian tingginya resiko kehamilan pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi, maka perlu dilakukan upaya optimal guna mencegah atau menurunkan frekuensi ibu hamil yang beresiko tinggi serta penanganannya perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dengan demikian pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mendeteksi adanya tanda-tanda resiko tinggi menjadi sangat penting dalam usaha mewujudkan kehamilan dengan ibu dan bayi yang sehat (PPIBU-UNFPA, 1998). Berdasarkan karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia < 20 tahun dan usia >35 tahun (PPIBI-UNFPA, 1998).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang
resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk
menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi
masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk
melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga
apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara
dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia
dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004).
Untuk mengatasi masalah di atas perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi.Peran serta UNICEF dan pemerintah Indonesia dalam pencegahan kehamilan resiko tinggi harus disosialisasi secara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat
Dari hasil survey di atas peneliti ingin mengetahui seberapa pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi, untuk itu peneliti melakukan penelitian ini
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumusakan permasalahan penelitian yaitu “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Di Puskesmas Desa Kecamatan Kabupaten ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Di Puskesmas Desa Kecamatan Kabupaten .
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian kehamilan risiko tinggi.
b) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang faktor kehamilan risiko tinggi.
c) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang cara menentukan kehamilan risiko tinggi.
d) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang penatalaksanaan kehamilan risiko tinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan baru tentang perawatan antenatal, khususnya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan risiko tinggi.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sebagai acuan dalam pembuatan penelitian adik kelas selanjutnya.
3. Bagi Profesi
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil khususnya konseling tentang pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi.
4. Bagi Ibu Dan Masyarakat
Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan masyarakat terhadap pentingnya pencegahan kehamilan resiko tinggi, sehingga derajat kematian ibu dan bayi bias teratasi
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI