Sejak empat dekade yang lalu hingga saat ini jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun¬tahun awal 70-an ketika kurang dari 40% yang memilih Air Susu Ibu (ASI), dan pada minggu keenam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberikan ASI kepada bayinya. Sejak itu kemudian ada kecenderungan untuk kembali memberikan ASI, khususnya diantara wanita kelas menengah, dan sekarang 75% wanita mulai menyusui bayinya, dan 35% masih menyusui 3 bulan kemudian (Jones, Derek Llewellyn, 2005).
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, menunjukkan bahwa ASI dapat memberikan perlindungan bagi bayi dalam menurunkan risiko untuk terjadinya diare, infeksi telinga dan radang selaput otak (meningitis) bakteri. Juga mampu melindungi terhadap diabetes, kegemukan dan asma. Pada penelitian sebelumnya, juga disebutkan manfaat ASI dalam mencegah terjadinya sepsis (infeksi berat) pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Bukan hanya itu saja, sang ibu juga memperoleh manfaat yang tidak kalah besarnya. Menyusui mampu untuk menurunkan risiko untuk menderita kanker indung telur dan kanker payudara, dan menurunkan risiko terjadinya patah tulang panggul dan osteoporosis (keropos tulang) saat menopause nantinya. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan akan perlindungan pada ibu dalam menurunkan risiko untuk menderita Rematoid Arthritis hingga 30% (baby-kids.blogspot.com, 2005).
Pada tahun 2003 Universal Childern Foundation (UNICEF) menyatakan bahwa pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan jurnal Pediatrics menunjukkan, 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Kompas, 2007).
Menurut Wisnuwardhani (2005) masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa pascapersalinan dini (masa nifas/laktasi), dan masa pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan khusus. Salah satu masalah yang cukup serius selama masa menyusui yaitu peradangan pada payudara atau disebut juga mastitis. Mastitis adalah peradangan yang terjadi pada payudara wanita menyusui dalam masa nifas. Bagian yang terkena mastitis umumnya menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas, selain itu temperatur badan ibu meninggi dan kadang disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting terjadinya mastitis. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10% (WHO, 2003).
Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya merupakan infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum. Data ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) tahun ini dan 40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini. Sebanyak 3 persen kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2007).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah putting susu lecet atau nyeri. Sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puttingnya dan payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena meluasnya
4 peradangan payudara. Sehingga dapat menyebabkan tidak terlaksananya ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997).
Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2005 bahwa salah satu manfaat ASI bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dan virus (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Dari hasil survei awal yang penulis lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Desember 2007 hingga April 2008 diperoleh data bahwa ibu yang mengalami mastitis berjumlah 21 orang (19,44%) dari total ibu post partum yang ada yaitu sebanyak 108 orang.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Pada Masa Nifas Tentang Mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu:
1. Diketahui bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting terjadinya mastitis.
2. Diperoleh sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puttingnya dan payudara bengkak
Didapatkan jumlah ibu post partum yang mengalami mastitis sebanyak 21 orang (19,44%).
C. MASALAH / PERMASALAHAN
1. Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengetahuan ibu-ibu post partum pada masa nifas tentang mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
2. Permasalahan
a. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengertian mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
b. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan penyebab mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
c. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pencegahan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
d. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengobatan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
e. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan tindakan terhadap mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui “Pengetahuan Ibu Post Partum pada masa nifas Tentang Mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengertian mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan penyebab mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pencegahan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
d. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengobatan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
e. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas
berdasarkan tindakan terhadap mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan ini dapat bermanfaat bagi:
1. Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu-ibu post partum (menyusui) pada masa nifas mengenai pentingnya pengetahuan mengenai infeksi yang dapat terjadi pada saat menyusui.
3. Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil dan post partum pada masa nifas tentang manfaat dan keuntungan menyusui bagi bayinya dan cara menyusui yang benar.
4. Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, menunjukkan bahwa ASI dapat memberikan perlindungan bagi bayi dalam menurunkan risiko untuk terjadinya diare, infeksi telinga dan radang selaput otak (meningitis) bakteri. Juga mampu melindungi terhadap diabetes, kegemukan dan asma. Pada penelitian sebelumnya, juga disebutkan manfaat ASI dalam mencegah terjadinya sepsis (infeksi berat) pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Bukan hanya itu saja, sang ibu juga memperoleh manfaat yang tidak kalah besarnya. Menyusui mampu untuk menurunkan risiko untuk menderita kanker indung telur dan kanker payudara, dan menurunkan risiko terjadinya patah tulang panggul dan osteoporosis (keropos tulang) saat menopause nantinya. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan akan perlindungan pada ibu dalam menurunkan risiko untuk menderita Rematoid Arthritis hingga 30% (baby-kids.blogspot.com, 2005).
Pada tahun 2003 Universal Childern Foundation (UNICEF) menyatakan bahwa pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan jurnal Pediatrics menunjukkan, 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Kompas, 2007).
Menurut Wisnuwardhani (2005) masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa pascapersalinan dini (masa nifas/laktasi), dan masa pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan khusus. Salah satu masalah yang cukup serius selama masa menyusui yaitu peradangan pada payudara atau disebut juga mastitis. Mastitis adalah peradangan yang terjadi pada payudara wanita menyusui dalam masa nifas. Bagian yang terkena mastitis umumnya menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas, selain itu temperatur badan ibu meninggi dan kadang disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting terjadinya mastitis. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10% (WHO, 2003).
Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya merupakan infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum. Data ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) tahun ini dan 40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini. Sebanyak 3 persen kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2007).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah putting susu lecet atau nyeri. Sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puttingnya dan payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena meluasnya
4 peradangan payudara. Sehingga dapat menyebabkan tidak terlaksananya ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997).
Menurut hasil Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2005 bahwa salah satu manfaat ASI bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dan virus (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005).
Dari hasil survei awal yang penulis lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Desember 2007 hingga April 2008 diperoleh data bahwa ibu yang mengalami mastitis berjumlah 21 orang (19,44%) dari total ibu post partum yang ada yaitu sebanyak 108 orang.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Pada Masa Nifas Tentang Mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu:
1. Diketahui bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting terjadinya mastitis.
2. Diperoleh sekitar 57% dari ibu-ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puttingnya dan payudara bengkak
Didapatkan jumlah ibu post partum yang mengalami mastitis sebanyak 21 orang (19,44%).
C. MASALAH / PERMASALAHAN
1. Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengetahuan ibu-ibu post partum pada masa nifas tentang mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
2. Permasalahan
a. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengertian mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
b. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan penyebab mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
c. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pencegahan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
d. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengobatan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
e. Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan tindakan terhadap mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui “Pengetahuan Ibu Post Partum pada masa nifas Tentang Mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengertian mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan penyebab mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pencegahan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
d. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas berdasarkan pengobatan mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008?
e. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum pada masa nifas
berdasarkan tindakan terhadap mastitis di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan ini dapat bermanfaat bagi:
1. Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu-ibu post partum (menyusui) pada masa nifas mengenai pentingnya pengetahuan mengenai infeksi yang dapat terjadi pada saat menyusui.
3. Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil dan post partum pada masa nifas tentang manfaat dan keuntungan menyusui bagi bayinya dan cara menyusui yang benar.
4. Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.131
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI